Tiada Melodi Seindah Melodi Cinta-Nya . . .

 

Sunday, April 05, 2009

Milad-ku

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini tepatnya minggu, 5 April 09 usiaku bertambah satu dan berkurang pula jatah hidupku di dunia yang fana ini. Rasa syukur yang tak terhingga kupanjatkan pada-MU yaa Allah atas segala nikmat yang t'lah Kau berikan. Hingga kini Kau masih berikan ku nafas kehidupan dan kesehatan serta kesempatan 'tuk mengisi hari-hariku dengan amalan 'tuk bekal di akherat kelak...

Pagi tadi aku mendapatkan kejutan dari suami tercinta. Begini ceritanya,... (ehm... hehe). Ketika aku membangunkan suami 'tuk sholat Subuh, eh... dia langsung celingak-celinguk melihat ke meja rias. Aku pikir dia sedang mencari air minum. Saat mataku ikutan melihat ke meja rias, ada sesuatu disana! Ya... ada sebuah kado dengan tulisan di atasnya "Met Milad ya dek...^_^". Ya Allah... ini benar-benar kejutan dari suami tercinta! Rasa gembira dan haru, aku langsung memeluk suamiku dan ucapkan terima kasih. Dengan tak sabar dan rasa penasaran akan isi kadonya, aku langsung buka. Halah... kayak lagunya Tante Vina Panduwinata aja, "... bagai bingkisan pertama tak sabar ku buka", hehe. Subhanallah... ini barang-barang yang kuinginkan! Aku dihadiahkan gamis batik biru serta jilbab biru. Duh... senangnya hatiku :) Makasih ya cinta... Eh, ada suratnya juga hihi. Isinya begini nih :

Met Milad istri-ku tercinta...
Semoga semakin baik akhlaqnya, bersih hatinya, banyak ilmunya, murah rezekinya...
Dan yang terpenting, makin dekat dengan Allah SWT, makin cinta dengan Rasul-Nya,
Tidak lupa makin sayang dan kasih dengan anak dan orangtuanya.
Dan yang ga kalah penting nih...
Makin mesra dengan "mas"-nya ^_^
With Love cause Allah...

Allahumma amin... Terima kasih cinta untuk segalanya. Ini kado teristimewa yang pernah kudapat. Dirimu dan jundi kecil kita adalah kado teristimewa yang aku punya dan miliki. Moga kelak kita tetap bersatu dan berkumpul bersama anak-anak tercinta di Jannah-Nya. Amin...
I love you, cinta...

Saturday, April 04, 2009

Hijab

Seorang anak memperhatikan tingkah ibunya yang menurutnya aneh. Ia heran kenapa kalau akan keluar rumah, ibunya selalu menutup rapat seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Bahkan di dalam rumah pun, jika tamu datang, ibunya segera melakukan hal yang sama: berhijab.

“Ibu aneh!” ucapnya sambil mencari-cari reaksi dari sang ibu. Ibu anak itu pun menoleh ke arah buah hatinya. Ia memeriksa dirinya untuk menemukan sesuatu yang agak lain. Tapi, tidak ia temukan.

“Aneh? Apanya yang aneh, sayang?” sambut sang ibu ketika yakin kalau tak ada satu pun dari dirinya yang lain dari yang lain.

“Kenapa ibu menutup rambut, tubuh, lengan, dan kaki kalau mau keluar? Padahal, ibu tidak cacat. Rambut ibu bagus, lengan dan kaki ibu pun tidak ada yang perlu disembunyikan!” ungkap sang anak begitu gamblang. Mungkin, inilah kesempatannya untuk bisa mengeluarkan kebingungannya selama ini.

Sang ibu pun senyum. Ia mendekati anaknya perlahan. Sambil mengulum senyum itu, sang ibu mencari-cari jawaban yang pas buat si anak.

“Anakku, ibu tidak sedang menutupi kecantikan, apalagi keburukan. Justru, ibu mengenakan kecantikan baru untuk memperindah kecantikan fisik ibu yang tidak seberapa. Inilah busana kecantikan dari Yang Maha Sayang!” ucap sang ibu sambil menatap buah hati di depannya yang masih tampak bingung.
**

Inti dari dinamika hidup anak-anak manusia adalah memproduksi sesuatu yang indah. Bagus. Paling baik. Keindahan akan semakin indah ketika karya anak manusia telah melalui berbagai halangan, ujian, cobaan; menggosok batu cincin keindahan amal menuju peringkat keindahan yang lebih tinggi.

Namun, itu saja belum cukup. Karena keindahan yang bisa dihasilkan manusia tidak seperti kemolekan alam melalui birunya laut, keserasian cakrawala, dan liukan indah sebuah pegunungan.

Keindahan amal manusia tidak berhenti pada sesuatu yang tampak. Justru, keindahan akan kian bernilai ketika ia tidak lagi mudah terlihat, tidak gampang terjamah. Itulah busana kecantikan amal dari Yang Maha Sayang, dan hanya untuk Yang Paling Penyayang. (muhammadnuh@eramuslim.com)

Thursday, April 02, 2009

Piano

Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.
Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh. Sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle-twinkle little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis lalu duduk di samping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu. Ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

Apa implikasinya dalam hidup kita ?
Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Tuhan di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi bila Tuhan ada di samping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Tuhan di samping kita.

*from Bulletin Board 'Aneka'*
(jadi kangen konser piano lagi, hehe)

Jazakumullah Khairan Katsiro Atas Kunjungannya...Mampir Lagi ya...^_^